Berani Coba Menjadi Motivator

Karanganyar, 22 Agustus 2013
Berani Coba Menjadi Motivator

Oleh:
Sutopo
Fasilitator Tim 006
Kabupaten Karanganyar
OSP 5 Provinsi Jawa Tengah  
PNPM Mandiri Perkotaan
Dalam menghadapi berbagai persoalan pendampingan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) maupun Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ada kalanya memerlukan suntikan semangat. Karena itu, tak perlu ragu memberikan bantuan dorongan atau memotivasi BKM maupun anggotanya yang memerlukan. Apalagi bagi masyarakat terdekat kita.
Istilah pemberian motivasi umumnya populer dalam pendampingan suatu organisasi atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepemimpinan. Namun begitu, sesungguhnya dalam kita mendampingi BKM maupun KSM sehari-hari pun pemberian motivasi lumrah terjadi. Dalam lingkup kelembagaan atau keorganisasian juga biasa dilakukan. Misalnya, saat ada pertemuan baik formal maupun non formal, secara individu maupun kelompok, di mana saja fasilitator akan terus memotivasi BKM maupun KSM akan terus memotivasi anggotanya agar terus berani melangkah.
Salah satu contohnya penulis lakukan sendiri di lokasi dampingan. Dalam pendampingan masyarakat keseharian pemberian motivasi mungkin tak terencana dan tak terevaluasi hasilnya. Nah, agar selanjutnya kita mampu merencanakan dan mengevaluasi hasil motivasi yang kita berikan, berikut adalah langkah-langkah yang patut dicermati.
Pertama, kesiapan diri. Supaya motivasi kita bisa berpengaruh lebih baik dan masyarakat percaya dengan saran yang diberikan maka kita harus memiliki kematangan emosi, pengalaman, menguasai masalah secara lebih baik, banyak membaca referensi buku-buku tentang motivasi, serta mempunyai kemampuan komunikasi juga harus dikuasai. Banyak orang tak mau memberi motivasi walaupun sebenarnya banyak yang membutuhkan. Alasannya, merasa tak pantas melakukan motivasi, dan banyak alasan yang disampaikan.
Hendaknya sikap ini diminimalisasi. Jangan pernah takut mencoba dan memberi saran serta berbagi pengalaman kepada orang lain. Karena, apa yang kita bagi itu bisa jadi bernilai baik bagi masyarakat lain. Yang perlu diingat bagi motivator dalam memotivasi adalah apa yang diucapkan sesuai dengan perilaku yang dilakukan oleh si pemberi motivasi itu sendiri. Jangan sampai ucapan yang disampaikan tidak sesuai dengan yang telah dilakukannya. Sebagai contoh, fasilitator harus sopan, santun, disiplin dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Jangan sampai orang melihat inkonsistensi pemberi motivasi, di mana perkataan berbeda dengan perbuatannya.
Kedua, perhatikan kondisi yang dimotivasi. Salah satunya, karakter masyarakat. Dari bermacam-macam sifat yang dimiliki masyarakat dan heteorogennya karakter masyarakat, kita harus paham persoalan yang dihadapi dan harus paham sifat-sifat dari diri yang harus ditingkatkan, serta harus memahami orang yang tidak mau dimotivasi. Saat kita memberi motivasi, akan ada masyarakat yang acuh tak acuh dan tidak akan menerima motivasi kita. Ada juga jenis masyarakat yang merasa mampu memecahkan persoalan yang dihadapi sendiri. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang suka dimotivasi bahkan mudah diberi motivasi. Dengan demikian kita bisa merumuskan bentuk-bentuk motivasi apa yang bisa kita berikan, sesuai dengan karakter masyarakat masing-masing.
Bagi yang mudah diberi motivasi tentunya tak ada masalah, tetapi bagi yang tidak suka dimotivasi, kita harus mencari celah, situasi dan kondisi masyarakat. Yang tak kalah penting, kita harus mencari kalimat yang sesuai untuk memotivasi. Kita perlu juga memberikan motivasi dengan memberikan gambaran atau pengalaman siapapun yang mirip dengan situasi saat memotivasi. Harapannya, masyarakat bisa berkaca pada pengalaman tersebut lalu bisa memikirkan jalan keluarnya.
Perhatikan pula kesiapan masyarakat dalam menerima motivasi. Ketika masyarakat menceritakan persoalan kegiatan yang dihadapi LKM, perhatikan apa yang menjadi keinginan mereka. Kita mesti jeli, apa mereka membutuhkan motivasi, saran, atau tidak. Jika masyarakat memerlukan saran, biasanya ada perkataan-perkataan yang membingungkan bagi dia dan kecemasannya, sementara yang tidak membutuhkan motivasi masyarakat akan menyampaikan perkataan penolakan dan mengabaikan terhadap saran-saran yang kita berikan. Ketika seseorang sudah siap menerima motivasi serta saran, kitapun perlu hati-hati, jangan sampai salah memberi motivasi dan mencampuri kehidupan pribadi masyarakat terlalu jauh, yang bisa mengakibatkan masyarakat itu tersinggung dan membentengi diri.
Ketiga, bentuk motivasi yang baik. Motivasi atau saran yang kita berikan sebaiknya jangan sampai berupa langkah-langkah rinci yang harus dilakukan seseorang. Ini tidak akan membuatnya mandiri, malah akan selalu tergantung pada orang lain untuk menyelesaikan persoalan masyarakat. Biarkan mereka berpikir sendiri. Bantuan kita adalah memberikan pengalaman yang bisa dilakukan masyarakat sendiri dengan mengetahui gambaran keberhasilan seseorang, sehingga masyarakat mendapatkan jawaban sendiri dan dilakukannya sendiri. Dalam kasus memotivasi sebaiknya harus diimbangi dengan penyediaan fasilitas atau media belajar. Dan, tentunya diimbangi dengan ketersediaan buku-buku (referensi) yang memadai sebagai sarana belajar, dan sebagainya.
Keempat, tahu kapan berhenti memotivasi. Saat masyarakat sudah bisa membuat keputusan sendiri dan siap menghadapi risiko, itulah saatnya kita berhenti memotivasi. Sebab itu artinya mereka sudah sanggup memotivasi dirinya sendiri. Sementara bagi masyarakat yang tak mau berubah, kita perlu mengusahakan cara-cara atau metode lain. Tetapi jangan sampai memberikan motivasi yang terkesan memaksa. Terpenting, bersabarlah terhadap hasilnya, karena itu memerlukan proses yang lama.
Kelima, tahu cara memotivasi yang bisa diterima. Memberi motivasi atau saran kepada masyarakat tidak semudah kelihatannya. Salah berkata dan bersikap dapat memicu ketersinggungan dan mungkin berakhir dengan pertengkaran. Karena itu, kita perlu cermat dalam memberi motivasi kepada masyarakat: (1) Cari atau ciptakan suasana dan waktu yang tepat untuk mengutarakan harapan-harapan kita terhadap masyarakat, (2) tetap hormati pendapat masyarakat dalam memberikan motivasi terhadap masyarakat, (3) sampaikan dengan cara yang tidak menggurui atau dengan intonasi suara yang keras terhadap masyarakat, (4) sebaiknya harapan-harapan kita itu disampaikan sebagai sebuah saran yang membangun bagi dirinya maupun masyarakat, (5) bersikapklah sopan santun, disiplin dan tanggung jawab dalam memotivasi.
Satu hal paling penting adalah  memotivasi dengan cara mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. “Banyak orang gagal dalam hidup karena mereka menyerah pada saat mereka hampir berhasil.” (Thomas Alva Edison). Motivator harus punya semangat. Anda dapat melakukan apapun bila anda miliki semangat. Semangat adalah ragi, yang membuat harapan Anda membumbung tinggi mencapai bintang. Semangat adalah kilauan mata, ayunan langkah Anda, aliran semangat dan energi yang mewujudkan ide-ide Anda.
Mereka yang memiliki semangat adalah jagoan. Mereka memiliki keberanian, mereka memiliki kualitas, semangat adalah dasar-dasar segala sesuatu. “Dengan semangat ada pencapaian. Tanpa semangat hanya ada alasan.” (Henry Ford). Anda di posisi mana saat ini? [Jateng]

Editor: Nina Firstavina
Sumber :http://www.pnpm-perkotaan.org/wartadetil.asp?mid=5999&catid=2

Comments

Popular posts from this blog

PRA MWT XXIII BKM ARTA KAWULA

GIAT DONOR DARAH

Musyawarah Warga Tahunan Tutup Buku Tahun 2022